..friends in solitude

2006-09-18

DI DEK

Tiga setengah tahun lalu.

Ditemani dua botol vodka vibe, beberapa pak marlboro merah, dan sebungkus besar snack cheese stick, empat mahasiswa dan dua mahasiswi semester enam menghabiskan malam minggu mereka di balkon sebuah rumah kos yang mereka sebut dek. Dengan petikan gitar dan suara nyanyian mirip Chris Martin di latar belakang.

ADITIA: Dalam status hubungan on–off dengan gadis yang dipacarinya sejak SMA. Don juan kampus.Keadaan akademis pas-pasan, tapi masih banyak harapan untuk memperbaikinya. Diam-diam menyimpan perasaan pada Rena.

RENA: Sudah tiga bulan single. Masih mencari sang pujaan hati untuk menggantikan bangsat terakhir yang dipacarinya. Keadaan akademis diatas rata-rata meskipun masih ada beberapa nilai C. Mencoba setengah mati mengubur perasaannya pada Duna.

DUNA: Sudah setahun single. Sama populernya di kampus dengan Aditia. Keadaan akademis juga tidak jauh beda dari Aditia. Sedang berfikir untuk memacari Rena. Karena meskipun tak ada perasaan pada Rena, Duna tetap hanyalah seorang laki-laki yang butuh belaian wanita.

ELEVA: Sudah dua bulan menjalani hubungan terlarang dengan pacar orang lain. Begitu mencintai laki-laki itu sampai rela melakukan nyaris apapun. Tak peduli meskipun semua orang bilang laki-laki itu bangsat. Tapi setidaknya keadaan akademis sangat memuaskan.

ABANG: Nama aslinya tak perlu disebutkan, karena di kampus semua orang akan langsung mengingat dia kalau menyebutkan nama ‘Abang’. Status percintaan kurang jelas. Tapi yang pasti dia pendengar yang baik untuk Rena dan Eleva. Keadaan akademis, hampir serupa dengan Aditia dan Duna.

EROS: Tak punya pacar, tak peduli mau punya pacar atau tidak. Tidak pernah mengerti masalah percintaan. Selama masih ada marlboro merah untuk diisap, sedikit minuman keras, dan gitar untuk dipetik, hidupnya damai. Keadaan akademis, diatas Aditia, Duna, dan Abang, tapi masih di bawah Rena dan Eleva.

Ngomong-ngomong, Eros inilah yang dari tadi main gitar sambil menyanyi pelan dengan suara ala Chris Martinnya.


Satu setengah tahun lalu.

Masih di dek yang sama di suatu Jumat sore. Ditemani dua botol teh botol sosro dan tiga gelas jus mangga, juga satu pak marlboro merah.

Eros baru selesai sidang. Nilai A sudah ditangannya. Sekarang Eros sudah punya pacar, teman diskusinya ketika mengerjakan skripsi. Eros akhirnya paham bahwa cinta tidak selalu hadir dalam romantisme candle light dinner atau rayuan-rayuan murahan. Bahkan Karl Marx mampu menghadirkan cinta pada saat yang sangat tak terduga.

Aditia, Duna, dan Abang masih berkutat dengan skripsi bab 2 mereka. Tapi mereka optimis semester depan mereka akan lulus.

Aditia masih dalam hubungan on-off yang sama. Makin depresi karena sang pacar minta segera dinikahi.

Duna kembali ke pacar lamanya. Setelah dia dan Rena memutuskan untuk berteman saja karena chemistry antara mereka ternyata tak sekuat itu.

Abang jatuh cinta pada kawan masa kecilnya yang bulan depan akan segera dinikahi seorang juragan kayu dari sebrang. Tapi kegalauan hatinya tak mengurangi fungsinya sebagai seorang pendengar setia bagi kaum wanita yang tengah gundah gulana.

Rena sudah lulus semester lalu, sudah bekerja, dan telah menemukan pujaan hati yang baru. Sangat sangat jatuh cinta. Sayangnya pujaan hati ini sama brengseknya dengan pacarnya yang terdahulu. Mungkin memang sudah penyakit Reva jatuh cinta pada laki-laki baik yang belum tentu baik-baik.

Aditia yang depresi, dan masih menyimpan perasaan pada Rena, dan Rena yang membutuhkan banyak kehangatan setelah pertengkaran konstan dengan pacarnya jadi sering berbagi pelukan. Hanya pelukan-pelukan dan tak lebih dari itu. Tapi pada pelukan itu Rena merasakan sebagian hatinya yang hampa terisi. Dan Aditia merasakan kebahagiaan yang hanya dia rasakan saat bersama Rena. Tapi Aditia harus setia pada pacarnya, dan Rena terlalu mencintai si bangsat.

Eleva, meninggalkan semua di belakang. Sakit hati pada pacar orang lain itu, dia meninggalkan kampus, teman-teman, dan Indonesia. Hanya sesekali menghubungi, tak pernah bisa dihubungi.

Ketika langit mulai memerah, Eross pun mengambil gitar dan mulai memainkan lagu-lagu dengan beat cepat sambil sesekali mengisap marlboro merahnya. Dia sudah lulus!


Kemarin Malam.

Empat sahabat lama berjanji bertemu di balkon sebuah rumah kos yang mereka sebut dek. Semua sudah lulus. Otomatis sudah tak ada yang kos disana. Tapi ibu kos yang sudah (atau setidaknya pernah) menganggap mereka sebagai anak sendiri masih mengijinkan mereka untuk bernostalgia di sana. Ditemani empat cangkir kopi instan, satu pak marlboro merah, satu pak rokok merk lain (sekarang Aditia berganti merk, demi dedikasi pada perusahaan, katanya), dan beberapa potong gorengan. Tak ada gitar atau nyanyian.

Aditia sudah menikah dengan pacar on-off nya. Akhirnya dia memutuskan untuk menuntaskan segala kegundahan hidupnya. Sekarang dia sudah menjadi supervisor event dan promosi di sebuah perusahaan rokok ternama.

Duna, masih dengan pacarnya. Sekarang dia sudah jadi pegawai tetap di sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Not bad buat seseorang yang lulus dengan IPK 2,00.

Rena akhirnya meninggalkan si bangsat dan sekarang bertekad untuk mencari laki-laki baik yang baik-baik. Agar tidak perlu lagi menangisi sesuatu yang sia-sia. Rena datang bersama Maha, bayi kecilnya, anak si bangsat yang mabur entah kemana ketika tahu Rena hamil.

Ketika melihat Maha, entah mengapa, Aditia berharap itu anaknya. Dan Rena berharap si bangsat meninggalkannya ketika Aditia belum menikah.

Eros sekarang sudah menerbitkan sebuah buku yang menjadi panduan wajib orang-orang pergerakan anti-kapitalisme. Masih dengan sang pacar, tapi tidak merencanakan untuk menikah dalam waktu dekat atau waktu lama. Buatnya pernikahan hanyalah cinta yang diinstitusikan. Dan cinta yang diinstitusikan lebih gombal dari rayuan maut apapun.

Abang tidak bisa datang karena dia ada di penjara. Ternyata terlalu banyak mendengarkan dan kurang bercerita bisa berakibat fatal. Kawan masa kecil yang dicintainya bercerita kalau sang suami, juragan kayu dari sebrang, kerap menyakitinya. Maka Abang pun menghadiahkan beberapa pukulan di wajah juragan kayu dan di mercy c class sang juragan.

Tapi Abang masih selalu sahabat mereka.

Dan Eleva, bukan hanya meninggalkan kampus, teman-teman, dan Indonesia. Dia meninggalkan dunia ini dengan obat penenang berserakan dan sepucuk surat cinta untuk pacar orang yang selalu dia cintai sepenuh hati. Oh yes, too much love will kill you. That’s for sure.

Malam itu memang hanya empat yang datang. Lima ditambah si kecil Maha. Tapi ada enam jiwa yang berkumpul. Sahabat sejati sepanjang masa. Yang kedekatannya tak perlu dijelaskan lewat banyak kata, tapi semua tau ada cinta yang besar disana.

Dan mereka berjanji berkumpul di dek ini lagi suatu hari nanti. Karena mereka selalu rindu.


Inspired by citylight dari dek bures. I miss our times there. I miss you guys. We really had wonderful moments back then.

4 comments:

viar said...

Nice story.. Cool Characters..
So close...so real..
Keren ti :)

Neng Asti said...

ahhh.. kamu.. bikin malu ajah.. tengs ya viar..

ilmaffectional said...

Tiiii... gw suka banget cerita yang iniiiiii..... :)

Terinspirasi dari the kisyabooners ya? wehehe..

Neng Asti said...

bukan ma.. ini terinspirasi dari perkumpulan kami semasa kuliah.. haha.. kurang lebih begitulah kehidupan kami.. yah, ada yang dikurang-kurangin.. banyak yang dilebih-lebihin ;p..