For Now, It Still Ends in U
Rindu rindu rindu rindu.
Kalau kamu memang merindukanku lalu mengapa kamu masih disana. Jauh di seberang lautan. Bukannya berlari menghampiriku. Atau berenang. Atau lebih simpel lagi, terbang. Naik pesawat, tentunya. Bukan terbang dengan baling-baling bambu.
Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu kalau semua kata-kata tidak romantis tapi sarat makna itu hanya berani kamu sampaikan lewat pesan-pesan singkat di handphoneku?
Dan kamu selalu bilang rindu. Tapi lalu apa? Rindumu hanya sebuah kata. Menggantung begitu saja. Berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
Itu menyebalkan buatku, tahu!
Kamu bilang kamu begitu karena aku juga begini. Kamu bilang aku tak pernah membalas rindumu. Meski cuma lewat pesan singkat di handphonemu. Kamu bilang kamu juga sebal padaku karena aku menggantungkan kata rindumu, hingga kamu tak pernah berani mengungkapkan rindumu labih jauh. Cukup sampai pada sebuah kata yang diawali huruf R dan diakhiri huruf U.
Aku sih sebenarnya bisa saja membalas rindumu. Tapi masalahnya adalah, apakah aku mau atau tidak. Mungkin, hanya mungkin, kalau kamu mau mencoba sedikit lebih keras lagi. Barangkali, aku akan membalas rindumu. Kalau kamu membuktikan lebih dari ini, bisa jadi akupun dapat lebih dari sekedar membalas rindumu.
Tapi kamu minta jaminan kalau kamu melakukan lebih, akupun akan melakukan lebih. Aku pikir, aku tidak bisa begitu. Aku bilang, kita lihat saja nanti.
Kamu diam. Lalu berkata padakau. Kalau begini terus, bagaimana kita bisa melanjutkan ini?
Aku diam. Aku tidak mau menjawab. Karena diam-diam hatiku bertanya:’Memangnya aku mau melanjutkan ini?’.
Jadi kurasa, saat ini kita – aku dan kamu – harus cukup sabar dulu dengan rindu yang hanya berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
2007-05-23
Subscribe to:
Posts (Atom)