Aku cemburu pada waktu lampau saat belum kulewatkan bersamanya.
Ketika dia masih seseorang yang tak kukenal. Ketika dia masih bermimpi menjadi perenang profesional. Ketika dia setiap pagi memasak sendiri mie instan di kamar kosnya yang sempit. Ketika dia berorasi di depan gedung dewan dengan jaket kuningnya. Ketika dia memikirkan perempuan-perempuan lain sebelum aku.
Aku cemburu pada masa lalunya.
Pada perempuan yang pernah istimewa untuknya. Pada perempuan teman diskusinya sepanjang malam. Pada perempuan yang pernah terbangun disampingnya setiap akhir pekan. Pada perempuan yang membawakannya kopi saat dia menyusun skripsi. Pada perempuan-perempuan yang pernah menggenggam tangannya sebelum aku.
Aku cemburu.
Dan aku tak mengerti mengapa aku cemburu pada hal yang pernah. Padahal mereka hanya sebuah kenangan, yang bahkan mungkin sudah tak tinggal lagi diingatannya.
Tapi
aku
cemburu.

..friends in solitude
2008-08-13
2008-01-29
Patah Hati
Aku tahu pria didepanku ini sedang patah hati. Masih patah hati, lebih tepatnya. Padahal perempuan itu sudah meninggalkannya berbulan-bulan lalu. Perempuan cantik yang sudah membuatnya jatuh cinta semenjak pertama kali bertemu. Perempuan cantik yang sudah membuatnya berjuang lebih dari yang dibutuhkan untuk mendapatkan cintanya. Perempuan cantik yang sudah menjungkirbalikan dunianya. Perempuan cantik yang ketika berhasil didapatkannya mampu memberikan perasaan bahagia yang luar biasa. Perempuan cantik yang lalu meninggalkannya begitu saja dengan alasan, “Kita sudah tidak cocok lagi”.
Dia selalu tersenyum, dan hampir pasti mengakhiri setiap kalimatnya dengan tawa renyah. Tapi aku tahu di dalam pikirannya, jauh di sudut benaknya, dia masih terluka karena ingatan tentang perempuan itu masih tertinggal. Bagaimana dia tersenyum, bagaimana suara manjanya membuat temanku ini tergila-gila. Cara perempuan itu menatapnya dan menertawakan leluconnya. Dan ingatan tentang hari dimana perempuan itu memutuskan untuk pergi masih sangat menyakitinya. Tapi yang lebih menyakitkan adalah ketika dia teringat bagaimana perempuan itu pernah berjanji untuk mencintainya selamanya, untuk menghabiskan sisa hidup dengannya.
Sampai hari ini, semenjak perempuan cantik itu meninggalkannya, temanku ini belum pernah mendekati perempuan lain. Bukan karena tidak ada yang mau, aku yakin. Dia laki-laki yang menarik. Wajahnya memang tidak sangat tampan, tapi tidak membosankan untuk dipandang. Badannya jangkung. Sifatnya ramah, sangat gentleman. Dan cerdas. Delapan dari sepuluh perempuan normal pasti tertarik padanya. Tapi dia memutuskan untuk menyendiri dulu untuk sementara.
Teman baikku ini selalu bilang, dia belum siap untuk jatuh cinta lagi. Tapi kupikir, memangnya pernah ada sejarah orang bisa mempersiapkan diri untuk jatuh cinta? Bukankah cinta selalu datang pada saat yang tak terduga? Tapi biarlah, aku tak mau berdebat dengannya. Terlebih soal perasaan. Dia bilang, saat ini jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seorang wanita ada di urutan kesekian belas dalam prioritas hidupnya. Mengejar karir, mewujudkan impian, menyenangkan orang tua, mengambil master dengan biaya sendiri, membantu biaya kuliah adiknya, dan backpacking keliling Eropa ada di urutan atas. Diatas jatuh cinta, pacaran, apalagi menikah.
“Mungkin kamu bukannya belum siap untuk jatuh cinta lagi, tapi belum mau. Karena diam-diam kamu masih mencintai gadis cantik itu. Atau sekedar belum mau memberikan perasaan yang pernah kamu berikan pada dia, kepada orang lain”, tembakku suatu saat. Tapi temanku yang murah senyum ini malah menggeleng kuat-kuat. Tidak, katanya. Dia sudah tidak mencintai gadis itu, sama sekali. Bahkan saat ini dia bingung kenapa dulu dia pernah memutuskan untuk memacarinya, sementara kalau dipikr-pikir dia dan si cantik tak punya kecocokan sedikitpun.
Aku cuma tersenyum. Ingin mendebat, tapi lagi-lagi percuma saja berdebat soal perasaan. Tentu, aku tidak percaya kata-kata temanku. Mana mungkin dia sudah tidak memiliki perasaan untuk mantan pacarnya yang cantik itu kalau dia masih suka bercerita “Dulu aku dan dia pernah..”, atau “Kamu ingat mantan pacarku itu? Dia dulu suka..”. Meskipun kadang-kadang dia bercerita dengan penuh kebencian dan kadang mengutuk dirinya yang ‘pernah’ mencintai perempuan itu, aku tak percaya kalau dia sudah benar-benar tak peduli pada si cantik.
Menurutku, temanku ini masih punya perasaan pada mantan pacarnya. Masih peduli padanya. Memang cintanya mungkin tidak sebesar dulu, tapi pasti masih ada sedikit cinta itu tertinggal. Dan semua cerita kebenciannya, hanya sebuah usaha untuk meyakinkan diri bahwa apa yang pernah dia lalui bersama sang mantan pacar adalah sebuah kesalahan. Tapi itu normal. Aku tidak mau menyalahkannya untuk menyangkal apa yang sesungguhnya dia rasakan. Jika itu membuatnya merasa lebih baik, mengapa tidak?
Ya, temanku ini memang masih patah hati. Dia masih berusaha menyusun kembali serpihan hatinya. Dan ya, kadang kala penyangkalan memang perlu untuk bisa melanjutkan hidup. Jadi untuk sementara akan kubiarkan dia dengan semua cerita kebenciannya pada perempuan cantik itu agar kelak dia bisa jatuh cinta lagi.
Aku tahu pria didepanku ini sedang patah hati. Masih patah hati, lebih tepatnya. Padahal perempuan itu sudah meninggalkannya berbulan-bulan lalu. Perempuan cantik yang sudah membuatnya jatuh cinta semenjak pertama kali bertemu. Perempuan cantik yang sudah membuatnya berjuang lebih dari yang dibutuhkan untuk mendapatkan cintanya. Perempuan cantik yang sudah menjungkirbalikan dunianya. Perempuan cantik yang ketika berhasil didapatkannya mampu memberikan perasaan bahagia yang luar biasa. Perempuan cantik yang lalu meninggalkannya begitu saja dengan alasan, “Kita sudah tidak cocok lagi”.
Dia selalu tersenyum, dan hampir pasti mengakhiri setiap kalimatnya dengan tawa renyah. Tapi aku tahu di dalam pikirannya, jauh di sudut benaknya, dia masih terluka karena ingatan tentang perempuan itu masih tertinggal. Bagaimana dia tersenyum, bagaimana suara manjanya membuat temanku ini tergila-gila. Cara perempuan itu menatapnya dan menertawakan leluconnya. Dan ingatan tentang hari dimana perempuan itu memutuskan untuk pergi masih sangat menyakitinya. Tapi yang lebih menyakitkan adalah ketika dia teringat bagaimana perempuan itu pernah berjanji untuk mencintainya selamanya, untuk menghabiskan sisa hidup dengannya.
Sampai hari ini, semenjak perempuan cantik itu meninggalkannya, temanku ini belum pernah mendekati perempuan lain. Bukan karena tidak ada yang mau, aku yakin. Dia laki-laki yang menarik. Wajahnya memang tidak sangat tampan, tapi tidak membosankan untuk dipandang. Badannya jangkung. Sifatnya ramah, sangat gentleman. Dan cerdas. Delapan dari sepuluh perempuan normal pasti tertarik padanya. Tapi dia memutuskan untuk menyendiri dulu untuk sementara.
Teman baikku ini selalu bilang, dia belum siap untuk jatuh cinta lagi. Tapi kupikir, memangnya pernah ada sejarah orang bisa mempersiapkan diri untuk jatuh cinta? Bukankah cinta selalu datang pada saat yang tak terduga? Tapi biarlah, aku tak mau berdebat dengannya. Terlebih soal perasaan. Dia bilang, saat ini jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seorang wanita ada di urutan kesekian belas dalam prioritas hidupnya. Mengejar karir, mewujudkan impian, menyenangkan orang tua, mengambil master dengan biaya sendiri, membantu biaya kuliah adiknya, dan backpacking keliling Eropa ada di urutan atas. Diatas jatuh cinta, pacaran, apalagi menikah.
“Mungkin kamu bukannya belum siap untuk jatuh cinta lagi, tapi belum mau. Karena diam-diam kamu masih mencintai gadis cantik itu. Atau sekedar belum mau memberikan perasaan yang pernah kamu berikan pada dia, kepada orang lain”, tembakku suatu saat. Tapi temanku yang murah senyum ini malah menggeleng kuat-kuat. Tidak, katanya. Dia sudah tidak mencintai gadis itu, sama sekali. Bahkan saat ini dia bingung kenapa dulu dia pernah memutuskan untuk memacarinya, sementara kalau dipikr-pikir dia dan si cantik tak punya kecocokan sedikitpun.
Aku cuma tersenyum. Ingin mendebat, tapi lagi-lagi percuma saja berdebat soal perasaan. Tentu, aku tidak percaya kata-kata temanku. Mana mungkin dia sudah tidak memiliki perasaan untuk mantan pacarnya yang cantik itu kalau dia masih suka bercerita “Dulu aku dan dia pernah..”, atau “Kamu ingat mantan pacarku itu? Dia dulu suka..”. Meskipun kadang-kadang dia bercerita dengan penuh kebencian dan kadang mengutuk dirinya yang ‘pernah’ mencintai perempuan itu, aku tak percaya kalau dia sudah benar-benar tak peduli pada si cantik.
Menurutku, temanku ini masih punya perasaan pada mantan pacarnya. Masih peduli padanya. Memang cintanya mungkin tidak sebesar dulu, tapi pasti masih ada sedikit cinta itu tertinggal. Dan semua cerita kebenciannya, hanya sebuah usaha untuk meyakinkan diri bahwa apa yang pernah dia lalui bersama sang mantan pacar adalah sebuah kesalahan. Tapi itu normal. Aku tidak mau menyalahkannya untuk menyangkal apa yang sesungguhnya dia rasakan. Jika itu membuatnya merasa lebih baik, mengapa tidak?
Ya, temanku ini memang masih patah hati. Dia masih berusaha menyusun kembali serpihan hatinya. Dan ya, kadang kala penyangkalan memang perlu untuk bisa melanjutkan hidup. Jadi untuk sementara akan kubiarkan dia dengan semua cerita kebenciannya pada perempuan cantik itu agar kelak dia bisa jatuh cinta lagi.
2007-10-22
Love is A (Wonderful) Journey
…
Tigerlily : ada cerita apa?
Tigerlily : *haus gosip
Tigerlily : hehehehe
Hackerboy : Biasa lah Bu, percintaan...
Tigerlily : ciyeciye
Tigerlily : akhirnya ada juga yang terjebak sama loe?
Tigerlily : hehehehhehehe
Hackerboy : Haha...
Hackerboy : Gue kejebak ke lubang yg sama, hahaha..
Tigerlily : you involve with someone who’s involved with someone else?
Hackerboy : Who already involved with someone else...
Tigerlily : well
Tigerlily : shit happens
Tigerlily : but even shit happens for reason
Hackerboy : And this is for the second time with the same person
Tigerlily : ya elah
Tigerlily : itu mah namanya cinta bener yaaaaaaaaa
Hackerboy : Makanya, kecemplung ke lobang yg sama 2 kali...
Tigerlily : udahla
Tigerlily: masi banyak cewe lain kali nggak
Tigerlily : eh tapi kalo jodo mah ya, kita ga pernah tau..
Hackerboy : Yes..
Tigerlily : kalo gue sih prinsipnya
Tigerlily : fight for your love until you cannot fight again
Hackerboy : Logic gue bilang sih she's not the one..
Hackerboy : Tapi kalo balik-balik ke perasaan.. Gue nyerah deh..
Tigerlily : feelings , disitu feelings loe yang main
Tigerlily : gue percaya satu hal, feelings will help you to find the right one
Hackerboy :Setuju! Chemistry gak bisa di bo'ongin...
Tigerlily : tapinyaa.. logika juga tetep mesti jalan sih
Tigerlily : jangan sampe kita ngerugiin diri sendiri
Tigerlily : i mean
Tigerlily : jangan sampe nanti kedepannya kita ngerasa udah buang-buang waktu
Tigerlily : kalaupun hasilnya jelek gak sesuai keinginan kita gitu jangan sampe kita sesali
Tigerlily : tapi bisa jadi sesuatu yang kita inget sebagai pelajaran
Hackerboy: Cieee...
Hackerboy : Dewasa sekali ibu ini...
Tigerlily : gyahaha.. lumayan..
Hackerboy : Yang gue bingung, gue sayang sm cw ini karena belum ada pengganti atau emang bener sayang...
Tigerlily : atau emang karena loe mencari sosok yang sama persis sama cewe itu?
Tigerlily: ati-ati lho.. orang banyak kejebak disitu
Hackerboy : Hhmm, gak juga sih...
Tigerlily : mencari sosok pengganti yang mirip
Tigerlily : at least yang bisa ngasih loe the same feelings
Hackerboy : Hmm, ya mungkin juga sih..
Hackerboy : I don't know, so far hanya dia yg bisa touch deep to my heart...
Tigerlily : i've been in your situation once
Tigerlily : sussahhhhh banget lepas dari this one particular guy
Tigerlily : saat itu gue akui gue memang ga mencari yang persis kaya dia tapi gue cari yang bisa kasi gue peraasn yang sama kaya apa yang gue rasain sama dia
Tigerlily : tapi ternyata semakin gue mencari malah bikin gue ngebandingin cowo-cowo lain sama dia
Tigerlily : akhirnya pada satu titik gue nyerah
Tigerlily : gue berfikir, "terserah deh gue mau jatuh cinta lagi sama orang lain kek, atau gue cuma bisa cinta sama dia seumur hidup gue. gue gak peduli"
Tigerlily : tapi dari situ gue malah ngerasa lebih santai dan eventually gue bisa sayang lagi sama orang lain
Tigerlily : satu hal yang gue sadari
Tigerlily : you cannot have the exact same feeling to different people
Tigerlily : love is a journey
Tigerlily : an adventure
Tigerlily : each time you start a new journey, you will find a new adventure that definitely won't give you the same feelings, the same rush
Tigerlily : you just have to sit back and enjoy
Hackerboy : That's it!
Hackerboy : Thats the keyword: Journey...
...
…
Tigerlily : ada cerita apa?
Tigerlily : *haus gosip
Tigerlily : hehehehe
Hackerboy : Biasa lah Bu, percintaan...
Tigerlily : ciyeciye
Tigerlily : akhirnya ada juga yang terjebak sama loe?
Tigerlily : hehehehhehehe
Hackerboy : Haha...
Hackerboy : Gue kejebak ke lubang yg sama, hahaha..
Tigerlily : you involve with someone who’s involved with someone else?
Hackerboy : Who already involved with someone else...
Tigerlily : well
Tigerlily : shit happens
Tigerlily : but even shit happens for reason
Hackerboy : And this is for the second time with the same person
Tigerlily : ya elah
Tigerlily : itu mah namanya cinta bener yaaaaaaaaa
Hackerboy : Makanya, kecemplung ke lobang yg sama 2 kali...
Tigerlily : udahla
Tigerlily: masi banyak cewe lain kali nggak
Tigerlily : eh tapi kalo jodo mah ya, kita ga pernah tau..
Hackerboy : Yes..
Tigerlily : kalo gue sih prinsipnya
Tigerlily : fight for your love until you cannot fight again
Hackerboy : Logic gue bilang sih she's not the one..
Hackerboy : Tapi kalo balik-balik ke perasaan.. Gue nyerah deh..
Tigerlily : feelings , disitu feelings loe yang main
Tigerlily : gue percaya satu hal, feelings will help you to find the right one
Hackerboy :Setuju! Chemistry gak bisa di bo'ongin...
Tigerlily : tapinyaa.. logika juga tetep mesti jalan sih
Tigerlily : jangan sampe kita ngerugiin diri sendiri
Tigerlily : i mean
Tigerlily : jangan sampe nanti kedepannya kita ngerasa udah buang-buang waktu
Tigerlily : kalaupun hasilnya jelek gak sesuai keinginan kita gitu jangan sampe kita sesali
Tigerlily : tapi bisa jadi sesuatu yang kita inget sebagai pelajaran
Hackerboy: Cieee...
Hackerboy : Dewasa sekali ibu ini...
Tigerlily : gyahaha.. lumayan..
Hackerboy : Yang gue bingung, gue sayang sm cw ini karena belum ada pengganti atau emang bener sayang...
Tigerlily : atau emang karena loe mencari sosok yang sama persis sama cewe itu?
Tigerlily: ati-ati lho.. orang banyak kejebak disitu
Hackerboy : Hhmm, gak juga sih...
Tigerlily : mencari sosok pengganti yang mirip
Tigerlily : at least yang bisa ngasih loe the same feelings
Hackerboy : Hmm, ya mungkin juga sih..
Hackerboy : I don't know, so far hanya dia yg bisa touch deep to my heart...
Tigerlily : i've been in your situation once
Tigerlily : sussahhhhh banget lepas dari this one particular guy
Tigerlily : saat itu gue akui gue memang ga mencari yang persis kaya dia tapi gue cari yang bisa kasi gue peraasn yang sama kaya apa yang gue rasain sama dia
Tigerlily : tapi ternyata semakin gue mencari malah bikin gue ngebandingin cowo-cowo lain sama dia
Tigerlily : akhirnya pada satu titik gue nyerah
Tigerlily : gue berfikir, "terserah deh gue mau jatuh cinta lagi sama orang lain kek, atau gue cuma bisa cinta sama dia seumur hidup gue. gue gak peduli"
Tigerlily : tapi dari situ gue malah ngerasa lebih santai dan eventually gue bisa sayang lagi sama orang lain
Tigerlily : satu hal yang gue sadari
Tigerlily : you cannot have the exact same feeling to different people
Tigerlily : love is a journey
Tigerlily : an adventure
Tigerlily : each time you start a new journey, you will find a new adventure that definitely won't give you the same feelings, the same rush
Tigerlily : you just have to sit back and enjoy
Hackerboy : That's it!
Hackerboy : Thats the keyword: Journey...
...
2007-08-31
The Thin Line
Teddyboy_81 has signed back in
Teddyboy_81: sori, bo.. interupsi sedikit tadi.. biasalah nyokap..
Grassflower: gpp.. santai..
Grassflower status is now “Am I ready to be brokenhearted all over again?”
Teddyboy_81: dooo.. segitunya sih..
Grassflower: hehe.. ga tau ya, bo..
Grassflower: i just don’t understand why i always let men do this to me..
Grassflower: i mean.. playing around with my heart..
Grassflower: my feelings..
Teddyboy_81: mungkin kalimatnya harus diubah bo..
Teddyboy_81: bukan why you always let men to that to you
Teddyboy_81: but
Teddyboy_81: why you always let YOURSELF do that to.. well.. yourself :D..
Grassflower: i guess i’m just simply stupid..
Teddyboy_81: no, you’re just simply in love..
Teddyboy_81: you’re not stupid, you’re just in love..
Grassflower: kalau begitu
Grassflower: there’s a very thin line between being in love and being stupid ya, bo?
Teddyboy_81: precisely
Teddyboy_81: just be very careful not to cross the line
Grassflower: otherwise i’ll be stupidly in love :D?
Teddyboy_81: hahahaha.. good point..
Grassflower: bo.. gtg.. harus jemput bokap di airport..
Teddyboy_81: wokeh, deh..
Teddyboy_81: take care grassflower who’s stupidly in love..
Grassflower: haha.. tq.. you too..
Grassflower: ttyl..
Teddyboy_81: cu..
Grassflower has signed out
Teddyboy_81 has signed back in
Teddyboy_81: sori, bo.. interupsi sedikit tadi.. biasalah nyokap..
Grassflower: gpp.. santai..
Grassflower status is now “Am I ready to be brokenhearted all over again?”
Teddyboy_81: dooo.. segitunya sih..
Grassflower: hehe.. ga tau ya, bo..
Grassflower: i just don’t understand why i always let men do this to me..
Grassflower: i mean.. playing around with my heart..
Grassflower: my feelings..
Teddyboy_81: mungkin kalimatnya harus diubah bo..
Teddyboy_81: bukan why you always let men to that to you
Teddyboy_81: but
Teddyboy_81: why you always let YOURSELF do that to.. well.. yourself :D..
Grassflower: i guess i’m just simply stupid..
Teddyboy_81: no, you’re just simply in love..
Teddyboy_81: you’re not stupid, you’re just in love..
Grassflower: kalau begitu
Grassflower: there’s a very thin line between being in love and being stupid ya, bo?
Teddyboy_81: precisely
Teddyboy_81: just be very careful not to cross the line
Grassflower: otherwise i’ll be stupidly in love :D?
Teddyboy_81: hahahaha.. good point..
Grassflower: bo.. gtg.. harus jemput bokap di airport..
Teddyboy_81: wokeh, deh..
Teddyboy_81: take care grassflower who’s stupidly in love..
Grassflower: haha.. tq.. you too..
Grassflower: ttyl..
Teddyboy_81: cu..
Grassflower has signed out
2007-08-15
Cogito Ergo Sum
Sometimes it's better to keep everything inside and think about it over and over again until you (think) you've through with it. But sometimes to disclose the things seems like a good option. You can make it complicated though it could've been simpler. Or make it easy while it actually is pretty hard to bear. It's just a matter of choice. Nothing is perfectly right, and nothing is absolutely wrong.
And I'll live with it, maybe somehow I'll be over it. This is just life, sit back and enjoy.
Sometimes it's better to keep everything inside and think about it over and over again until you (think) you've through with it. But sometimes to disclose the things seems like a good option. You can make it complicated though it could've been simpler. Or make it easy while it actually is pretty hard to bear. It's just a matter of choice. Nothing is perfectly right, and nothing is absolutely wrong.
And I'll live with it, maybe somehow I'll be over it. This is just life, sit back and enjoy.
2007-08-03
Barangkali..
Aku jatuh cinta
Tidak seperti menyesap coklat panas saat gerimis
Atau berjalan di bawah pepohonan ketika hati gundah
Tidak seperti mencium bau tanah setelah hujan
Tidak seperti minum air putih saat bangun tidur
Tidak seperti memeluk seorang sahabat saat bahagia
Dan tidak pula seperti sinar matahari pertama di pagi yang dingin
Tapi aku rasa aku jatuh cinta..
Aku jatuh cinta
Tidak seperti menyesap coklat panas saat gerimis
Atau berjalan di bawah pepohonan ketika hati gundah
Tidak seperti mencium bau tanah setelah hujan
Tidak seperti minum air putih saat bangun tidur
Tidak seperti memeluk seorang sahabat saat bahagia
Dan tidak pula seperti sinar matahari pertama di pagi yang dingin
Tapi aku rasa aku jatuh cinta..
2007-07-18
TIDAK USAH REPOT-REPOT UNTUK MENCOBA MEMAHAMI PIKIRAN SEORANG PEREMPUAN #02
081860xxxx
Jema : “Halo, Ar”
Ario : “Hey, Ma. Lemes amat?”
Jema : “Iya, nih. Ibarat kata Rossa: tak ada gairah”
Ario : “Kenapa, babe? Si Heumh ya?”
Jema : “He’s missing”
Ario : “Missing? Maksudnya?”
Jema : “Ga ada kabar berita hari ini”
Ario : “Jangan-jangan loe udah kesengsem sama dia?”
Jema : “Ga taulah..”
Ario : “Darling.. He’s not even your type!”
Jema : “I know. But there are things that more important than small eyes and
dark skin”
Ario : “Misalnya?”
Jema : “His point of view”
Ario : “Ini bukan Jema yang gue kenal. Kenapa loe bisa begini?”
Jema : “Mungkin gue menjadi lebih dewasa, Ar?”
Ario : “Atau mungkin loe cuma jatuh cinta”
Jema : “Nggak. Nggak. Gue nggak berani bilang gue jatuh cinta”
Ario : “Nah lantas? Kalau jadi galau karena ga ada kabar berita begini apa
namanya?”
Jema : “Mungkin gue sekedar kangen aja sama dia”
Ario : “Bukannya kalau kangen itu pertanda orang jatuh cinta ya?”
Jema : “Belum tentu”
Ario : “Kalian kaum hawa memang sulit dimengerti. Complicated”
Jema : “Awalnya mungkin perempuan tampak complicated. Tapi pas
perempuan sudah mulai bikin situasi gampang dimengerti, justru si
laki-laki yang biasanya bikin keadaan jadi complicated”
Ario : “Nah kan, rumit. Ketemuan aja, yuk. Kita curhat”
Jema : “Nggak ah. Gue lagi ga mau curhat”
Ario : “Lah terus?”
Jema : “I’ll try to figure everything out by myself”
Ario : “Dasar perempuan. Aneh”
Jema : “Bye, darling”
Ario : “Bye”.
Klik.
081860xxxx
Jema : “Halo, Ar”
Ario : “Hey, Ma. Lemes amat?”
Jema : “Iya, nih. Ibarat kata Rossa: tak ada gairah”
Ario : “Kenapa, babe? Si Heumh ya?”
Jema : “He’s missing”
Ario : “Missing? Maksudnya?”
Jema : “Ga ada kabar berita hari ini”
Ario : “Jangan-jangan loe udah kesengsem sama dia?”
Jema : “Ga taulah..”
Ario : “Darling.. He’s not even your type!”
Jema : “I know. But there are things that more important than small eyes and
dark skin”
Ario : “Misalnya?”
Jema : “His point of view”
Ario : “Ini bukan Jema yang gue kenal. Kenapa loe bisa begini?”
Jema : “Mungkin gue menjadi lebih dewasa, Ar?”
Ario : “Atau mungkin loe cuma jatuh cinta”
Jema : “Nggak. Nggak. Gue nggak berani bilang gue jatuh cinta”
Ario : “Nah lantas? Kalau jadi galau karena ga ada kabar berita begini apa
namanya?”
Jema : “Mungkin gue sekedar kangen aja sama dia”
Ario : “Bukannya kalau kangen itu pertanda orang jatuh cinta ya?”
Jema : “Belum tentu”
Ario : “Kalian kaum hawa memang sulit dimengerti. Complicated”
Jema : “Awalnya mungkin perempuan tampak complicated. Tapi pas
perempuan sudah mulai bikin situasi gampang dimengerti, justru si
laki-laki yang biasanya bikin keadaan jadi complicated”
Ario : “Nah kan, rumit. Ketemuan aja, yuk. Kita curhat”
Jema : “Nggak ah. Gue lagi ga mau curhat”
Ario : “Lah terus?”
Jema : “I’ll try to figure everything out by myself”
Ario : “Dasar perempuan. Aneh”
Jema : “Bye, darling”
Ario : “Bye”.
Klik.
2007-07-10
Someone’s Someone Special
Oh yet another thing to think about. Well, actually don’t have to think about it. But somehow, I make myself keep thinking about it. And I hate the fact that sometimes I enjoy to think about it.
How long, how long?
How much time I have to spend
To finally find out the meanings
Of the little this, of the slight that?
I mean
If I’m not that special, why bother?
Maybe I’m just another project on your schedule.
Thank you to put me in your agenda. But feeling needs more effort than that.
Or maybe I should repeat the words “I don’t hold on to the tail of your kite” - just like Tori Amos – over and over again? Until I can make myself believe in those words. Until I can just pass it by and don’t care about what’s in your mind anymore.
Though I always believe it is normal if everyone sometimes want to be someone’s someone special.
Oh yet another thing to think about. Well, actually don’t have to think about it. But somehow, I make myself keep thinking about it. And I hate the fact that sometimes I enjoy to think about it.
How long, how long?
How much time I have to spend
To finally find out the meanings
Of the little this, of the slight that?
I mean
If I’m not that special, why bother?
Maybe I’m just another project on your schedule.
Thank you to put me in your agenda. But feeling needs more effort than that.
Or maybe I should repeat the words “I don’t hold on to the tail of your kite” - just like Tori Amos – over and over again? Until I can make myself believe in those words. Until I can just pass it by and don’t care about what’s in your mind anymore.
Though I always believe it is normal if everyone sometimes want to be someone’s someone special.
2007-06-26
Hmhmhm
Paling susah memang jujur sama diri sendiri.
Padahal kalau cape, tinggal bilang cape. Gak sanggup, tinggal bilang gak sanggup. Suka, tinggal bilang suka. Kalau gak suka, ya gak usah dijalanin. Kenapa semuanya harus dibikin rumit?
Mungkin memang benar kata seorang teman, aku terlalu mikirin semuanya.
Aku cuma berusaha peduli sebenarnya. Setidaknya pada diriku sendiri.
Paling susah memang jujur sama diri sendiri.
Padahal kalau cape, tinggal bilang cape. Gak sanggup, tinggal bilang gak sanggup. Suka, tinggal bilang suka. Kalau gak suka, ya gak usah dijalanin. Kenapa semuanya harus dibikin rumit?
Mungkin memang benar kata seorang teman, aku terlalu mikirin semuanya.
Aku cuma berusaha peduli sebenarnya. Setidaknya pada diriku sendiri.
2007-06-11
Squirrel Away
Malam ini aku ingin menulis ditemani lagu-lagu dari playlist i-tunes ku. Hanya menulis dan tidak melakukan hal lain. Tidak menonton televisi, tidak bercinta, tidak bergosip di telepon, dan tidak juga tidur.
Menulis, menulis, menulis.
Malam ini aku ingin menulis dan melupakan apa yang kulewati hari ini. Aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku terlambat datang ke kantor hampir setengah jam, aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku makan siang bersama seorang teman lama, aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku melupakan janji dengan dokter gigi, dan terlebih lagi aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku makin membenci atasanku.
Aku hanya ingin menulis. Sampai puas.
Menulis adalah cara aku menyampaikan perasaanku. Membeberkan pandanganku. Menceritakan kehidupanku. Membagi perhatianku pada sesama. Menulis adalah cara aku memperkenalkan diri pada dunia, atau menyembunyikan diri dari dunia. Dan menulis, adalah caraku mencintai.
Sungguh, kalau semua bisa dituntaskan hanya dengan menulis, pasti aku akan jadi orang yang paling cepat menyelesaikan segala hal.
Satu-satunya hal yang bisa membuatku bergairah tanpa aba-aba dan peringatan, adalah menulis. Aku bisa menulis apa saja yang ku mau, tentang siapa saja. Menulis tentang rumah impian, atau lelaki paling tampan yang pernah kutemui. Semuanya bisa kubumbui sesukaku. Tanpa batasan. Sejauh imajinasiku mampu menerjemahkannya dalam kata-kata. Oh! Hanya dengan membayangkannya saja aku sudah dipenuhi sensasi menyenangkan.
Menulis itu sensasional, eksotis, dan penuh misteri.
Orang bisa saja percaya tulisan fiksiku adalah kisah nyata, atau cerita yang sungguh terjadi adalah karangan belaka. Dan itu menyenangkan. Karena aku bisa mengubah diriku menjadi siapa saja yang aku mau lewat tulisanku. Agar orang lain tak tahu perasaanku sesungguhnya. Itu bagus ketika aku hanya ingin dibiarkan sendiri. Dan aku menikmati ketika kubiarkan orang menerka-nerka isi hatiku sampai mereka jenuh dan tidak lagi menjadi orang sok tahu.
Jadi, malam ini aku hanya ingin menulis: Aku ingin bersembunyi dalam serakan kata-kata dan tidak lagi membiarkan diriku terbaca.
Malam ini aku ingin menulis ditemani lagu-lagu dari playlist i-tunes ku. Hanya menulis dan tidak melakukan hal lain. Tidak menonton televisi, tidak bercinta, tidak bergosip di telepon, dan tidak juga tidur.
Menulis, menulis, menulis.
Malam ini aku ingin menulis dan melupakan apa yang kulewati hari ini. Aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku terlambat datang ke kantor hampir setengah jam, aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku makan siang bersama seorang teman lama, aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku melupakan janji dengan dokter gigi, dan terlebih lagi aku tidak ingin mengingat-ingat kalau hari ini aku makin membenci atasanku.
Aku hanya ingin menulis. Sampai puas.
Menulis adalah cara aku menyampaikan perasaanku. Membeberkan pandanganku. Menceritakan kehidupanku. Membagi perhatianku pada sesama. Menulis adalah cara aku memperkenalkan diri pada dunia, atau menyembunyikan diri dari dunia. Dan menulis, adalah caraku mencintai.
Sungguh, kalau semua bisa dituntaskan hanya dengan menulis, pasti aku akan jadi orang yang paling cepat menyelesaikan segala hal.
Satu-satunya hal yang bisa membuatku bergairah tanpa aba-aba dan peringatan, adalah menulis. Aku bisa menulis apa saja yang ku mau, tentang siapa saja. Menulis tentang rumah impian, atau lelaki paling tampan yang pernah kutemui. Semuanya bisa kubumbui sesukaku. Tanpa batasan. Sejauh imajinasiku mampu menerjemahkannya dalam kata-kata. Oh! Hanya dengan membayangkannya saja aku sudah dipenuhi sensasi menyenangkan.
Menulis itu sensasional, eksotis, dan penuh misteri.
Orang bisa saja percaya tulisan fiksiku adalah kisah nyata, atau cerita yang sungguh terjadi adalah karangan belaka. Dan itu menyenangkan. Karena aku bisa mengubah diriku menjadi siapa saja yang aku mau lewat tulisanku. Agar orang lain tak tahu perasaanku sesungguhnya. Itu bagus ketika aku hanya ingin dibiarkan sendiri. Dan aku menikmati ketika kubiarkan orang menerka-nerka isi hatiku sampai mereka jenuh dan tidak lagi menjadi orang sok tahu.
Jadi, malam ini aku hanya ingin menulis: Aku ingin bersembunyi dalam serakan kata-kata dan tidak lagi membiarkan diriku terbaca.
2007-06-04
Relapse eps. 1
What if I call you at this very moment and say "I miss you"?
Will you smile? Or instead you're just giving me the look that say, "See, I always know you cannot live without me"?
I miss the way you look in that dark gray suit, that off-white shirt, and a matching tie I picked for you. I know how to dress a man so that he looks stunning. But you too have a nice body *and a sexy behind, I must admit* so that you'll always look good in almost everything. Except that fade black t-shirt I hate.
I often hate the picture of you smiling. Because in some ways, it puts a little pain inside of me. But I love your smile that matched those pretty little eyes. And I hate the thought to have that smile again, just for me.
I remember our little laughs. Your arms around me. Your fingers running through my hair. And a hug that always make me feels good.
I'm torturing myself right now. And if you read this, I know you'll be smiling. A winner's smile, I bet.
Oh, shees *sigh*. Maybe you'll always stay in my heart. But I'm not sorry for my decisions. I'll be just fine without you, I've convinced myself over and over again.
Maybe I'm just missing a man with a nice body *perhaps a sexy behind too, if I'm lucky* in a dark gray suit, off-white shirt, and a matching tie, with a smile that matched his pretty small eyes - and not missing you in particular.
What if I call you at this very moment and say "I miss you"?
Will you smile? Or instead you're just giving me the look that say, "See, I always know you cannot live without me"?
I miss the way you look in that dark gray suit, that off-white shirt, and a matching tie I picked for you. I know how to dress a man so that he looks stunning. But you too have a nice body *and a sexy behind, I must admit* so that you'll always look good in almost everything. Except that fade black t-shirt I hate.
I often hate the picture of you smiling. Because in some ways, it puts a little pain inside of me. But I love your smile that matched those pretty little eyes. And I hate the thought to have that smile again, just for me.
I remember our little laughs. Your arms around me. Your fingers running through my hair. And a hug that always make me feels good.
I'm torturing myself right now. And if you read this, I know you'll be smiling. A winner's smile, I bet.
Oh, shees *sigh*. Maybe you'll always stay in my heart. But I'm not sorry for my decisions. I'll be just fine without you, I've convinced myself over and over again.
Maybe I'm just missing a man with a nice body *perhaps a sexy behind too, if I'm lucky* in a dark gray suit, off-white shirt, and a matching tie, with a smile that matched his pretty small eyes - and not missing you in particular.
2007-05-23
For Now, It Still Ends in U
Rindu rindu rindu rindu.
Kalau kamu memang merindukanku lalu mengapa kamu masih disana. Jauh di seberang lautan. Bukannya berlari menghampiriku. Atau berenang. Atau lebih simpel lagi, terbang. Naik pesawat, tentunya. Bukan terbang dengan baling-baling bambu.
Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu kalau semua kata-kata tidak romantis tapi sarat makna itu hanya berani kamu sampaikan lewat pesan-pesan singkat di handphoneku?
Dan kamu selalu bilang rindu. Tapi lalu apa? Rindumu hanya sebuah kata. Menggantung begitu saja. Berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
Itu menyebalkan buatku, tahu!
Kamu bilang kamu begitu karena aku juga begini. Kamu bilang aku tak pernah membalas rindumu. Meski cuma lewat pesan singkat di handphonemu. Kamu bilang kamu juga sebal padaku karena aku menggantungkan kata rindumu, hingga kamu tak pernah berani mengungkapkan rindumu labih jauh. Cukup sampai pada sebuah kata yang diawali huruf R dan diakhiri huruf U.
Aku sih sebenarnya bisa saja membalas rindumu. Tapi masalahnya adalah, apakah aku mau atau tidak. Mungkin, hanya mungkin, kalau kamu mau mencoba sedikit lebih keras lagi. Barangkali, aku akan membalas rindumu. Kalau kamu membuktikan lebih dari ini, bisa jadi akupun dapat lebih dari sekedar membalas rindumu.
Tapi kamu minta jaminan kalau kamu melakukan lebih, akupun akan melakukan lebih. Aku pikir, aku tidak bisa begitu. Aku bilang, kita lihat saja nanti.
Kamu diam. Lalu berkata padakau. Kalau begini terus, bagaimana kita bisa melanjutkan ini?
Aku diam. Aku tidak mau menjawab. Karena diam-diam hatiku bertanya:’Memangnya aku mau melanjutkan ini?’.
Jadi kurasa, saat ini kita – aku dan kamu – harus cukup sabar dulu dengan rindu yang hanya berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
Rindu rindu rindu rindu.
Kalau kamu memang merindukanku lalu mengapa kamu masih disana. Jauh di seberang lautan. Bukannya berlari menghampiriku. Atau berenang. Atau lebih simpel lagi, terbang. Naik pesawat, tentunya. Bukan terbang dengan baling-baling bambu.
Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu kalau semua kata-kata tidak romantis tapi sarat makna itu hanya berani kamu sampaikan lewat pesan-pesan singkat di handphoneku?
Dan kamu selalu bilang rindu. Tapi lalu apa? Rindumu hanya sebuah kata. Menggantung begitu saja. Berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
Itu menyebalkan buatku, tahu!
Kamu bilang kamu begitu karena aku juga begini. Kamu bilang aku tak pernah membalas rindumu. Meski cuma lewat pesan singkat di handphonemu. Kamu bilang kamu juga sebal padaku karena aku menggantungkan kata rindumu, hingga kamu tak pernah berani mengungkapkan rindumu labih jauh. Cukup sampai pada sebuah kata yang diawali huruf R dan diakhiri huruf U.
Aku sih sebenarnya bisa saja membalas rindumu. Tapi masalahnya adalah, apakah aku mau atau tidak. Mungkin, hanya mungkin, kalau kamu mau mencoba sedikit lebih keras lagi. Barangkali, aku akan membalas rindumu. Kalau kamu membuktikan lebih dari ini, bisa jadi akupun dapat lebih dari sekedar membalas rindumu.
Tapi kamu minta jaminan kalau kamu melakukan lebih, akupun akan melakukan lebih. Aku pikir, aku tidak bisa begitu. Aku bilang, kita lihat saja nanti.
Kamu diam. Lalu berkata padakau. Kalau begini terus, bagaimana kita bisa melanjutkan ini?
Aku diam. Aku tidak mau menjawab. Karena diam-diam hatiku bertanya:’Memangnya aku mau melanjutkan ini?’.
Jadi kurasa, saat ini kita – aku dan kamu – harus cukup sabar dulu dengan rindu yang hanya berawal di huruf R dan berakhir di huruf U.
2007-03-29
Secret Admirer
I’m almost twenty five and I marvel at someone furtively.
Jaman menjadi pengagum rahasia, atau bahasa kerennya: secret admirer, terakhir kualami satu dekade lalu. Masa-masa berseragam putih biru, diam-diam naksir kakak kelas yang ganteng, pintar dan populer tanpa berani menunjukan apalagi mengungkapkan perasaan itu pada sang idola. Paling banter hanya mampu curhat pada sahabat dan blushing setengah mati lalu cengar-cengir ketika berpapasan dengannya. Tapi rasanya sakit ketika idolaku itu tiba-tiba jadian dengan perempuan lain tanpa sempat kutunjukan kalau aku menyukainya. Rasa sesal, kecewa, dan patah hati jadi satu. Dan perasaan itu sangat menyiksa. Maka semenjak saat itu aku berikrar, tidak akan pernah lagi jadi secret admirer. Kalau memang suka, setidaknya harus berani menunjukan.
Sepuluh tahun semenjak masa itu, aku tak lagi terlalu malu untuk menunjukan perhatian pada orang yang kusukai, dan tak jarang juga perhatianku berbalas. Atau paling nggak, bisa bertegur sapa dan berteman. Tapi kejadian pagi itu mengubah segalanya. Ada yang berbeda ketika kubuka account friendsterku dan melihat ke bagian who’s viewed me. Ada Ramadhansyah disana. Ramadhansyah, atau Rama, seniorku jaman kuliah, melihat profileku. Kenapa, ya?
Itu pertanyaan yang pertama kali muncul. Aku dan Rama tidak terlalu akrab saat kuliah. Kami kenal di presidium fakultas dan hanya ngobrol saat rapat saja, itupun basa-basi seperlunya. Aku tidak pernah berniat untuk terlalu berakrab-akrab dengannya. He’s out of my league. Rama seingatku adalah mahasiswa yang luar biasa cerdas dengan IPK nyaris empat, sementara aku cuma mahasiswi biasa-biasa saja dengan IPK yang standar-standar saja juga. Dan satu hal yang membuatku tidak terlalu tertarik untuk banyak ngobrol dengannya adalah sifat idealis dan perfeksionisnya. Setiap kalimatnya, menurutku, terdengar kaku dan tampak disusun baik-baik sebelum diucapkan.
Iseng ku klik namanya dan masuklah aku ke profilenya. Hey, hey. Ada perasaan aneh saat aku melihat primary picturenya. Tampak samping dengan rambut berantakan, memakai sweater bertuliskan Middlesex University, tampak sedang mengerjakan sesuatu di depan komputer. Mukanya serius, but I have to admit he’s kinda cute in that picture. Dan kacamata half frame yang dia pakai membuat wajahnya makin terlihat cerdas. Hum, I love cute guys that looks smart. And all the sudden, I feel butterflies I my stomach. Did I just blush? Kugelengkan kepalaku.
Sadar Sya, kamu ga mungkin naksir laki-laki ini hanya karena melihat fotonya.
Lalu aku nyengir, still with the butterflies in my stomach. Oh no, blushing lalu cengar-cengir? Kugelengkan lagi kepalaku kuat-kuat dan menutup profile Rama.
Entah kenapa seharian tadi aku malah kepikiran terus Rama. Kenapa Rama melihat profileku?
Iseng aja kali, Sya. No special intention.
Berulang-ulang kuingatkan diriku untuk gak GR. Tapi makin lama kepenasaranku malah bertambah. Malam harinya kubuka kembali account friendsterku dan kembali masuk ke profile Rama. Melihat primary picture nya masih memberikan sensasi yang sama seperti yang kurasakan tadi pagi. Iseng ku baca profilenya. Hanya sekedar ingin tau keadaan dan keberadaan bapak yang satu itu saat ini. Hmmm, rupanya dia sekarang sedang mengambil gelar master di Middlesex University, Inggris (that explains the sweater). Yes, he’s so out of my league. Dari barisan kata-kata yang dia tulis di profilenya aku melihat perubahan di diri Rama. Kalimat-kalimatnya terlihat lebih santai dan ‘ramah’, meskipun tetap terlihat cerdas. Berbeda dengan kalimat-kalimat yang biasa dia ucapkan di masa kuliah dulu. Dan aku makin mengagumi Rama. Lalu aku blushing lagi, dilanjutkan dengan cengar-cengir lagi. Ahhh, ini sinting!
Asya, this is you’re consciousness speaking. Kamu gak boleh fall for this guy. Pertama, he’s way out of your league. Far beyond your league. Kedua, secara teknis dia hanya eksis di dunia maya. Well, oke kalian pernah saling mengenal. Tapi hanya selintas saja. Dan kecil kemungkinan dia masih ingat Asya Larasati itu yang mana. Soal kenapa dia melihat profile kamu, jangan terlalu hiperbolis. Iseng. Itu jawaban paling logis untuk kepenasaran dan ke GR-an mu yang berlebihan.
Aku menghela nafas. Yeah, ga usah terlalu dibesar-besarkan.
Semenjak perdebatan dengan suara hati tempo hari, aku bukannya melupakan Rama. Tapi kepenasaranku makin hari makin menggila. Aku tiap hari membuka profilenya. Membaca testimonial-testimonial untuknya. Merasa cemburu ketika ada perempuan yang memberi komentar yang bernada akrab untuknya, dan makin jatuh cinta setiap melihat foto-fotonya. Belum lagi ketika aku membaca blognya. Cerita-ceritanya tentang kuliah dan kesehariannya membuat aku makin ingin terlibat dalam kehidupannya. Sekali lagi, ini sinting. Aku memang selama ini berharap menemukan lelaki cerdas, tapi jatuh cinta pada seseorang yang ada di ujung lain dunia dan terlebih lagi kemungkinan besar tidak ingat siapa diriku benar-benar tidak masuk akal. Parahnya, aku kembali ke masa sepuluh tahun lalu. Masa-masa menjadi secret admirer. Hanya berani mencintai dari jauh. Pernah aku memaksa memberanikan diri menyapa Rama lewat message. Tapi lalu kubatalkan. Entah kenapa aku merasa tak pantas untuk Rama. Apalagi tampaknya sekarang Rama punya teman-teman baru yang sama pintarnya dan mereka semua sedang mengambil S2 di luar negeri. Sementara aku masih mencoba meniti karir di ibukota berbekal gelar S1 tanpa ada rencana pasti kapan mau melanjutkan sekolah. Aku juga takut Rama tidak mempedulikan message ku dan tidak pernah membalas message ku sampai kapanpun. Itu yang membuatku sangat takut untuk membuat kontak duluan dengan Rama. Pendeknya, aku kembali merasakan perasaan jaman SMP dulu.
Delapan hari berlalu semenjak aku jatuh cinta pada Rama. Baru delapan hari, sih. Tapi rasanya sudah sangat menyiksa. Cinta bertepuk sebelah tangan masih mending. Ini jatuh cinta tanpa tahu apakah cintanya berbalas atau tidak. Plus, tak ada keberanian untuk mencari tahu jawabannya. Aku teringat janjiku untuk tidak lagi menjadi secret admirer.
Tapi ini berbeda..
Apa bedanya?
Dia jauh di luar jangkauanku..
Dulu juga waktu SMP kamu merasakan hal yang persis sama kan?
Iya sih, tapi..
Tinggal sapa dia. Kalau dia tidak membalas, berarti dia tidak tertarik. Kalau membalas, mungkin dia memang suka juga padamu, atau pahit-pahitnya kalian bisa berteman.
…
Ayo Asya, jangan berfikir terlalu lama. Kamu akan makin tersiksa.
…
Daripada besok kamu membuka profilenya dan statusnya sudah berubah menjadi In A Relationship tanpa kamu pernah berani menyapanya?
Aaaarghh! Baiklah.
Suara hatiku memang kadang-kadang plinplan. Tempo hari dia mati-matian melarangku untuk tertarik lebih jauh pada Rama, tapi hari ini dia malah memaksaku menuntaskan kepenasaran. Dan kalau sudah terlibat perdebatan dengan suara hati, seperti biasa, aku pasti kalah.
Kubuka account friendsterku dan bersiap menulis message untuk Rama. Tapi icon new message menyala, artinya ada pesan baru untukku. Ku klik icon itu. Apa yang kutemukan di inbox membuatku merasa terkena serangan stroke ringan. Ku klik di bagian subject pesan dan muncullah barisan kalimat yang buatku seperti puisi paling indah yang pernah kubaca.
From: Ramadhansyah Maulana
Subject: hi, there!
Message:
Hai hai..
Seminggu lalu gue iseng liat-liat friendlist gue dan menemukan nama Asya disana. Jujur, gue agak lupa ini Asya siapa. Hehe. Terus iseng gue klik, baru deh gue inget kalau loe junior gue pas S1 dulu. Your profile is interesting, Sya. Tapi lagi-lagi gue harus jujur, I don’t remember much about you. Hehe. So, can we start all over again?
Oke dimulai dengan:
Halo, gue Rama. Sejurusan sama loe waktu S1, tapi gue setaun diatas loe. Sekarang gue lagi ambil master komunikasi di Inggris.
Well, it’s now your turn to tell me about yourself. Dan setelah itu semoga kita bisa banyak berbagi cerita. Write me back ya.
Rama.
Hmmm. Jadi dia memang iseng membuka profileku. Tapi dia tertarik pada profileku dan tertarik untuk mengenalku lebih jauh. Well, dia memang membutuhkan waktu seminggu untuk akhirnya mengontakku duluan, tapi yang paling penting adalah dia ingin mengenalku lebih jauh. Apalah. Semua alasan jadi tidak begitu penting lagi, yang penting aku bisa mengakhiri penderitaan menjadi secret admirer tanpa perlu khawatir gak ditanggapi.
.:: what a cheesy story, baby :p ::.
I’m almost twenty five and I marvel at someone furtively.
Jaman menjadi pengagum rahasia, atau bahasa kerennya: secret admirer, terakhir kualami satu dekade lalu. Masa-masa berseragam putih biru, diam-diam naksir kakak kelas yang ganteng, pintar dan populer tanpa berani menunjukan apalagi mengungkapkan perasaan itu pada sang idola. Paling banter hanya mampu curhat pada sahabat dan blushing setengah mati lalu cengar-cengir ketika berpapasan dengannya. Tapi rasanya sakit ketika idolaku itu tiba-tiba jadian dengan perempuan lain tanpa sempat kutunjukan kalau aku menyukainya. Rasa sesal, kecewa, dan patah hati jadi satu. Dan perasaan itu sangat menyiksa. Maka semenjak saat itu aku berikrar, tidak akan pernah lagi jadi secret admirer. Kalau memang suka, setidaknya harus berani menunjukan.
Sepuluh tahun semenjak masa itu, aku tak lagi terlalu malu untuk menunjukan perhatian pada orang yang kusukai, dan tak jarang juga perhatianku berbalas. Atau paling nggak, bisa bertegur sapa dan berteman. Tapi kejadian pagi itu mengubah segalanya. Ada yang berbeda ketika kubuka account friendsterku dan melihat ke bagian who’s viewed me. Ada Ramadhansyah disana. Ramadhansyah, atau Rama, seniorku jaman kuliah, melihat profileku. Kenapa, ya?
Itu pertanyaan yang pertama kali muncul. Aku dan Rama tidak terlalu akrab saat kuliah. Kami kenal di presidium fakultas dan hanya ngobrol saat rapat saja, itupun basa-basi seperlunya. Aku tidak pernah berniat untuk terlalu berakrab-akrab dengannya. He’s out of my league. Rama seingatku adalah mahasiswa yang luar biasa cerdas dengan IPK nyaris empat, sementara aku cuma mahasiswi biasa-biasa saja dengan IPK yang standar-standar saja juga. Dan satu hal yang membuatku tidak terlalu tertarik untuk banyak ngobrol dengannya adalah sifat idealis dan perfeksionisnya. Setiap kalimatnya, menurutku, terdengar kaku dan tampak disusun baik-baik sebelum diucapkan.
Iseng ku klik namanya dan masuklah aku ke profilenya. Hey, hey. Ada perasaan aneh saat aku melihat primary picturenya. Tampak samping dengan rambut berantakan, memakai sweater bertuliskan Middlesex University, tampak sedang mengerjakan sesuatu di depan komputer. Mukanya serius, but I have to admit he’s kinda cute in that picture. Dan kacamata half frame yang dia pakai membuat wajahnya makin terlihat cerdas. Hum, I love cute guys that looks smart. And all the sudden, I feel butterflies I my stomach. Did I just blush? Kugelengkan kepalaku.
Sadar Sya, kamu ga mungkin naksir laki-laki ini hanya karena melihat fotonya.
Lalu aku nyengir, still with the butterflies in my stomach. Oh no, blushing lalu cengar-cengir? Kugelengkan lagi kepalaku kuat-kuat dan menutup profile Rama.
Entah kenapa seharian tadi aku malah kepikiran terus Rama. Kenapa Rama melihat profileku?
Iseng aja kali, Sya. No special intention.
Berulang-ulang kuingatkan diriku untuk gak GR. Tapi makin lama kepenasaranku malah bertambah. Malam harinya kubuka kembali account friendsterku dan kembali masuk ke profile Rama. Melihat primary picture nya masih memberikan sensasi yang sama seperti yang kurasakan tadi pagi. Iseng ku baca profilenya. Hanya sekedar ingin tau keadaan dan keberadaan bapak yang satu itu saat ini. Hmmm, rupanya dia sekarang sedang mengambil gelar master di Middlesex University, Inggris (that explains the sweater). Yes, he’s so out of my league. Dari barisan kata-kata yang dia tulis di profilenya aku melihat perubahan di diri Rama. Kalimat-kalimatnya terlihat lebih santai dan ‘ramah’, meskipun tetap terlihat cerdas. Berbeda dengan kalimat-kalimat yang biasa dia ucapkan di masa kuliah dulu. Dan aku makin mengagumi Rama. Lalu aku blushing lagi, dilanjutkan dengan cengar-cengir lagi. Ahhh, ini sinting!
Asya, this is you’re consciousness speaking. Kamu gak boleh fall for this guy. Pertama, he’s way out of your league. Far beyond your league. Kedua, secara teknis dia hanya eksis di dunia maya. Well, oke kalian pernah saling mengenal. Tapi hanya selintas saja. Dan kecil kemungkinan dia masih ingat Asya Larasati itu yang mana. Soal kenapa dia melihat profile kamu, jangan terlalu hiperbolis. Iseng. Itu jawaban paling logis untuk kepenasaran dan ke GR-an mu yang berlebihan.
Aku menghela nafas. Yeah, ga usah terlalu dibesar-besarkan.
Semenjak perdebatan dengan suara hati tempo hari, aku bukannya melupakan Rama. Tapi kepenasaranku makin hari makin menggila. Aku tiap hari membuka profilenya. Membaca testimonial-testimonial untuknya. Merasa cemburu ketika ada perempuan yang memberi komentar yang bernada akrab untuknya, dan makin jatuh cinta setiap melihat foto-fotonya. Belum lagi ketika aku membaca blognya. Cerita-ceritanya tentang kuliah dan kesehariannya membuat aku makin ingin terlibat dalam kehidupannya. Sekali lagi, ini sinting. Aku memang selama ini berharap menemukan lelaki cerdas, tapi jatuh cinta pada seseorang yang ada di ujung lain dunia dan terlebih lagi kemungkinan besar tidak ingat siapa diriku benar-benar tidak masuk akal. Parahnya, aku kembali ke masa sepuluh tahun lalu. Masa-masa menjadi secret admirer. Hanya berani mencintai dari jauh. Pernah aku memaksa memberanikan diri menyapa Rama lewat message. Tapi lalu kubatalkan. Entah kenapa aku merasa tak pantas untuk Rama. Apalagi tampaknya sekarang Rama punya teman-teman baru yang sama pintarnya dan mereka semua sedang mengambil S2 di luar negeri. Sementara aku masih mencoba meniti karir di ibukota berbekal gelar S1 tanpa ada rencana pasti kapan mau melanjutkan sekolah. Aku juga takut Rama tidak mempedulikan message ku dan tidak pernah membalas message ku sampai kapanpun. Itu yang membuatku sangat takut untuk membuat kontak duluan dengan Rama. Pendeknya, aku kembali merasakan perasaan jaman SMP dulu.
Delapan hari berlalu semenjak aku jatuh cinta pada Rama. Baru delapan hari, sih. Tapi rasanya sudah sangat menyiksa. Cinta bertepuk sebelah tangan masih mending. Ini jatuh cinta tanpa tahu apakah cintanya berbalas atau tidak. Plus, tak ada keberanian untuk mencari tahu jawabannya. Aku teringat janjiku untuk tidak lagi menjadi secret admirer.
Tapi ini berbeda..
Apa bedanya?
Dia jauh di luar jangkauanku..
Dulu juga waktu SMP kamu merasakan hal yang persis sama kan?
Iya sih, tapi..
Tinggal sapa dia. Kalau dia tidak membalas, berarti dia tidak tertarik. Kalau membalas, mungkin dia memang suka juga padamu, atau pahit-pahitnya kalian bisa berteman.
…
Ayo Asya, jangan berfikir terlalu lama. Kamu akan makin tersiksa.
…
Daripada besok kamu membuka profilenya dan statusnya sudah berubah menjadi In A Relationship tanpa kamu pernah berani menyapanya?
Aaaarghh! Baiklah.
Suara hatiku memang kadang-kadang plinplan. Tempo hari dia mati-matian melarangku untuk tertarik lebih jauh pada Rama, tapi hari ini dia malah memaksaku menuntaskan kepenasaran. Dan kalau sudah terlibat perdebatan dengan suara hati, seperti biasa, aku pasti kalah.
Kubuka account friendsterku dan bersiap menulis message untuk Rama. Tapi icon new message menyala, artinya ada pesan baru untukku. Ku klik icon itu. Apa yang kutemukan di inbox membuatku merasa terkena serangan stroke ringan. Ku klik di bagian subject pesan dan muncullah barisan kalimat yang buatku seperti puisi paling indah yang pernah kubaca.
From: Ramadhansyah Maulana
Subject: hi, there!
Message:
Hai hai..
Seminggu lalu gue iseng liat-liat friendlist gue dan menemukan nama Asya disana. Jujur, gue agak lupa ini Asya siapa. Hehe. Terus iseng gue klik, baru deh gue inget kalau loe junior gue pas S1 dulu. Your profile is interesting, Sya. Tapi lagi-lagi gue harus jujur, I don’t remember much about you. Hehe. So, can we start all over again?
Oke dimulai dengan:
Halo, gue Rama. Sejurusan sama loe waktu S1, tapi gue setaun diatas loe. Sekarang gue lagi ambil master komunikasi di Inggris.
Well, it’s now your turn to tell me about yourself. Dan setelah itu semoga kita bisa banyak berbagi cerita. Write me back ya.
Rama.
Hmmm. Jadi dia memang iseng membuka profileku. Tapi dia tertarik pada profileku dan tertarik untuk mengenalku lebih jauh. Well, dia memang membutuhkan waktu seminggu untuk akhirnya mengontakku duluan, tapi yang paling penting adalah dia ingin mengenalku lebih jauh. Apalah. Semua alasan jadi tidak begitu penting lagi, yang penting aku bisa mengakhiri penderitaan menjadi secret admirer tanpa perlu khawatir gak ditanggapi.
.:: what a cheesy story, baby :p ::.
2007-03-20
Halooooo.. Bumi kepada - well- the little girl inside her box!!!
Baby, you don't know me. AT ALL. Don't dare to say you know what I've been through. And hearing about me from someone who's been telling me lies and fooling me all the time is not what I can call 'know someone'. I don't know what he's been telling you about me. But some of them might be said just to cover his a**. Here's some advice for you: don't trust a man too much. See from another perspective. Think the way man thinks. Maybe you need to write this advice down, cuz you might need it someday.
Cupcake, I don't know you either. So I don't want to judge you. I won't. TRUST ME. And I never have the intention to hate you. I never even want to disturb your life.
I am the one who start this? Oh, please. Ask that sweetypiehunnybunny of yours. And how sorry he is now. But then again.. Nah, don't do that. He might be doing that 'covering a**' thing again. And at the end of it all, I might be the beyotch again.
So darling, grown up. Finish your own problem alone with your babyboo. Count me out. As he's fully yours now.
I can be mean if I want to. But I chose not too. At first I try to ignore everything and be quiet *since I have many many things that are more important than your love life*. But at some point, even I have my own limit. I am not that shallow.
And oh yeah, I'm so over that sweetypiehunnybunny of yours. Please. You're the one who should move on and forget everything about what had happen between me and him, I guess.
Baby, you don't know me. AT ALL. Don't dare to say you know what I've been through. And hearing about me from someone who's been telling me lies and fooling me all the time is not what I can call 'know someone'. I don't know what he's been telling you about me. But some of them might be said just to cover his a**. Here's some advice for you: don't trust a man too much. See from another perspective. Think the way man thinks. Maybe you need to write this advice down, cuz you might need it someday.
Cupcake, I don't know you either. So I don't want to judge you. I won't. TRUST ME. And I never have the intention to hate you. I never even want to disturb your life.
I am the one who start this? Oh, please. Ask that sweetypiehunnybunny of yours. And how sorry he is now. But then again.. Nah, don't do that. He might be doing that 'covering a**' thing again. And at the end of it all, I might be the beyotch again.
So darling, grown up. Finish your own problem alone with your babyboo. Count me out. As he's fully yours now.
I can be mean if I want to. But I chose not too. At first I try to ignore everything and be quiet *since I have many many things that are more important than your love life*. But at some point, even I have my own limit. I am not that shallow.
And oh yeah, I'm so over that sweetypiehunnybunny of yours. Please. You're the one who should move on and forget everything about what had happen between me and him, I guess.
2007-01-16
____
W h y l o n e l y. L o n e l y.
I enjoy your attention. But it makes me weaker. I’m getting scared of falling again. Because each time you’re away, I always feel lonely. I’m tired of guessing.
I just need to feel that someone’s really there to take care of me. To watch over me. Maybe you’re still thinking. And I’m still waiting for the sign.
Meanwhile, I’ll try to fight this lonely feeling.
W h y l o n e l y. L o n e l y.
I enjoy your attention. But it makes me weaker. I’m getting scared of falling again. Because each time you’re away, I always feel lonely. I’m tired of guessing.
I just need to feel that someone’s really there to take care of me. To watch over me. Maybe you’re still thinking. And I’m still waiting for the sign.
Meanwhile, I’ll try to fight this lonely feeling.
2007-01-02
Your Five Factor Personality Profile |
You have medium extroversion.You're not the life of the party, but you do show up for the party.Sometimes you are full of energy and open to new social experiences.But you also need to hibernate and enjoy your "down time." Conscientiousness: You have low conscientiousness.Impulsive and off the wall, you don't take life too seriously.Unfortunately, you sometimes end up regretting your snap decisions.Overall, you tend to lack focus, and it's difficult for you to get important things done. Agreeableness: You have medium agreeableness.You're generally a friendly and trusting person.But you also have a healthy dose of cynicism.You get along well with others, as long as they play fair. Neuroticism: You have medium neuroticism.You're generally cool and collected, but sometimes you do panic.Little worries or problems can consume you, draining your energy.Your life is pretty smooth, but there's a few emotional bumps you'd like to get rid of. Openness to experience: Your openness to new experiences is high.In life, you tend to be an early adopter of all new things and ideas.You'll try almost anything interesting, and you're constantly pushing your own limits.A great connoisseir of art and beauty, you can find the positive side of almost anything. |
The Five Factor Personality Test
2006-12-01
Boys Will Be Boys
Hey, lelakiku! Aku ingin bicara denganmu. Bukankah sudah kukatakan dalam smsku yang kukirimkan padamu sehabis makan siang tadi, bahwa aku merindukanmu. Rindu berdiskusi denganmu. Rindu menghabiskan berjam-jam dalam obrolan bermutu atau debat kusir. Apapun. Aku rindu berbagi denganmu.
Maka alihkan pandanganmu dari depan layar notebook baru yang kau beli minggu lalu seharga $1400 itu. Angkat jari-jarimu dari tuts keyboard dan belailah rambutku. Bukankah kau dulu sering berkata bahwa membelai rambutku bisa membuatmu kecanduan? Yah, aku cuma bisa berfikir positif, efek candunya sudah menghilang mungkin.
“Babe, ngobrol yuk”, kataku dengan suara semanja mungkin.
“Ya ngomong aja. Aku dengerin, kok”
Sial, candu suara manja juga efeknya sudah pudar.
“Kamu jangan ngetik terus dong”, masih dengan suara manja.
“Hmm.. Bentar ya. Nanggung, nih”
(Dalam hati) “Aaaargh!”
Entah apa yang kau tulis disitu. Report bulanan? Pekerjaan yang tertunda? Atau kau hanya begitu mengagumi kecanggihan mainan barumu? Mungkin sekarang dalam hati kau sedang menggumamkan lagu Can’t Take My eyes Off Of You. You’re just too good to be true, can’t take my eyes off of you..
Sampai akhirnya empatpuluhdelapan menit kemudian (yes I really do count!), matamu masih terpaku pada layar, dan jarimu masih asyik pencet sana-pencet sini. Mungkin juga masih sambil menggumamkan lagu Can’t Take My Eyes Off Of You. Dan aku masih dengan sabar menantimu untuk mulai berbicara denganku.
Tigabelas menit setelah empatpuluhdelapan menit yang membosankan. Keadaannya masih sama. Mungkin aku harus menjalankan trik pura-pura menyerah.
“Babe, aku pulang ya?”, sambil bangkit dan meraih tas.
“Kok?”, tanpa menoleh sedikitpun.
“Kamunya juga sibuk”, dengan suara datar.
Yes. Dia memandangku dan jarinya berhenti mengetik.
“Ngambek ya?”
“Gak kok. Cuma.. Kamu kayanya lagi sibuk banget aja. Aku ga mau ganggu”, sambil membuang muka dengan dramatis.
Yes lagi. Dia bangkit dan merangkulku. Lalu mencium keningku.
“Hmmm. Maaf ya sayang”
“Gak apa-apa kok. Aku ngerti” (yang sebenarnya ingin dikatakan adalah:”Aku tau kamu sibuk, tapi kan aku udah ampir sejam sabar nungguin kamu. Sekarang berenti kerja dan kita ngobrol yuk. Aku kan kangen sama kamu”)
“Bener, kamu maafin aku? Ga marah?”
Aku mengangguk manja sambil memberikan senyum paling manis.
Triple yes. Dia memelukku lebih erat.
“Ya udah. Kamu naik taksi gak apa-apa kan sayang? Aku emang lagi sibuk banget. Kalau kamu mau ku antar paling malem banget”
(Dalam hati) “HAAAAHHHHH?????!!!!!!!”
“Aku antar sampai lift aja ya?”
“Ga usah. Aku sendiri aja. Dah”
“Dah, Babe”, dengan nada tanpa dosa.
Dan akupun mengomel sepanjang perjalanan.
Dasar lekong.
Hey, lelakiku! Aku ingin bicara denganmu. Bukankah sudah kukatakan dalam smsku yang kukirimkan padamu sehabis makan siang tadi, bahwa aku merindukanmu. Rindu berdiskusi denganmu. Rindu menghabiskan berjam-jam dalam obrolan bermutu atau debat kusir. Apapun. Aku rindu berbagi denganmu.
Maka alihkan pandanganmu dari depan layar notebook baru yang kau beli minggu lalu seharga $1400 itu. Angkat jari-jarimu dari tuts keyboard dan belailah rambutku. Bukankah kau dulu sering berkata bahwa membelai rambutku bisa membuatmu kecanduan? Yah, aku cuma bisa berfikir positif, efek candunya sudah menghilang mungkin.
“Babe, ngobrol yuk”, kataku dengan suara semanja mungkin.
“Ya ngomong aja. Aku dengerin, kok”
Sial, candu suara manja juga efeknya sudah pudar.
“Kamu jangan ngetik terus dong”, masih dengan suara manja.
“Hmm.. Bentar ya. Nanggung, nih”
(Dalam hati) “Aaaargh!”
Entah apa yang kau tulis disitu. Report bulanan? Pekerjaan yang tertunda? Atau kau hanya begitu mengagumi kecanggihan mainan barumu? Mungkin sekarang dalam hati kau sedang menggumamkan lagu Can’t Take My eyes Off Of You. You’re just too good to be true, can’t take my eyes off of you..
Sampai akhirnya empatpuluhdelapan menit kemudian (yes I really do count!), matamu masih terpaku pada layar, dan jarimu masih asyik pencet sana-pencet sini. Mungkin juga masih sambil menggumamkan lagu Can’t Take My Eyes Off Of You. Dan aku masih dengan sabar menantimu untuk mulai berbicara denganku.
Tigabelas menit setelah empatpuluhdelapan menit yang membosankan. Keadaannya masih sama. Mungkin aku harus menjalankan trik pura-pura menyerah.
“Babe, aku pulang ya?”, sambil bangkit dan meraih tas.
“Kok?”, tanpa menoleh sedikitpun.
“Kamunya juga sibuk”, dengan suara datar.
Yes. Dia memandangku dan jarinya berhenti mengetik.
“Ngambek ya?”
“Gak kok. Cuma.. Kamu kayanya lagi sibuk banget aja. Aku ga mau ganggu”, sambil membuang muka dengan dramatis.
Yes lagi. Dia bangkit dan merangkulku. Lalu mencium keningku.
“Hmmm. Maaf ya sayang”
“Gak apa-apa kok. Aku ngerti” (yang sebenarnya ingin dikatakan adalah:”Aku tau kamu sibuk, tapi kan aku udah ampir sejam sabar nungguin kamu. Sekarang berenti kerja dan kita ngobrol yuk. Aku kan kangen sama kamu”)
“Bener, kamu maafin aku? Ga marah?”
Aku mengangguk manja sambil memberikan senyum paling manis.
Triple yes. Dia memelukku lebih erat.
“Ya udah. Kamu naik taksi gak apa-apa kan sayang? Aku emang lagi sibuk banget. Kalau kamu mau ku antar paling malem banget”
(Dalam hati) “HAAAAHHHHH?????!!!!!!!”
“Aku antar sampai lift aja ya?”
“Ga usah. Aku sendiri aja. Dah”
“Dah, Babe”, dengan nada tanpa dosa.
Dan akupun mengomel sepanjang perjalanan.
Dasar lekong.
‘Menghapus’ Masa Lalu
ERIN
(Sedang mengecek file-file lama yang perlu dihapus dari flashdisc)
“Eh Lan, loe udah pernah liat Ardi mantan gue belum sih?”
LANA
“Udah, kali. Kan udah pernah nebeng mobilnya”
ERIN
“Oh iya ya? Ga sih, soalnya gua masih ada foto-fotonya. Kali-kali loe mau liat”
LANA
“Hah? Masih loe simpen? Ngapain sih?”
ERIN
“Ini juga mau gue apus. Ada di flashdisc gue. Loe tau sendiri, gue kan paling males ngecek-ngecek flashdisc dan ngapusin file-file lama. Mumpung sempet”
LANA
“Eh gue juga mau apus foto-foto si Danang, mantan gue itu lho. Ada di flashdisc gue”
ERIN
“Ya udah. Bentar ya”
(Mencabut flashdisc tanpa menghapus foto-foto yang katanya mau dihapus)
LANA
(Memasang flashdisc miliknya. Membuka folder berisi foto-foto sang mantan)
“Ya ampun, gue masih punya foto pas bareng Danang ke Ragunan? Itu kan udah lama banget”
ERIN
“Hmmm.. Banyak juga ya fotonya?”
LANA
(Sambil mencermati semua foto-foto yang rencananya mau dihapus)
“Lumayan”
ERIN
“Eh ntar gue mau cek kerjaan yang tadi gue save di laptop ini ya”
LANA
“Oh ya udah, cek aja”
(Mencabut flashdisc juga tanpa menghapus foto-foto yang katanya mau dihapus)
Dan foto-foto itu pun tetap ada di dalam gadget kecil berkapasitas masing-masing 1 giga itu.
Dasar perempewi.
ERIN
(Sedang mengecek file-file lama yang perlu dihapus dari flashdisc)
“Eh Lan, loe udah pernah liat Ardi mantan gue belum sih?”
LANA
“Udah, kali. Kan udah pernah nebeng mobilnya”
ERIN
“Oh iya ya? Ga sih, soalnya gua masih ada foto-fotonya. Kali-kali loe mau liat”
LANA
“Hah? Masih loe simpen? Ngapain sih?”
ERIN
“Ini juga mau gue apus. Ada di flashdisc gue. Loe tau sendiri, gue kan paling males ngecek-ngecek flashdisc dan ngapusin file-file lama. Mumpung sempet”
LANA
“Eh gue juga mau apus foto-foto si Danang, mantan gue itu lho. Ada di flashdisc gue”
ERIN
“Ya udah. Bentar ya”
(Mencabut flashdisc tanpa menghapus foto-foto yang katanya mau dihapus)
LANA
(Memasang flashdisc miliknya. Membuka folder berisi foto-foto sang mantan)
“Ya ampun, gue masih punya foto pas bareng Danang ke Ragunan? Itu kan udah lama banget”
ERIN
“Hmmm.. Banyak juga ya fotonya?”
LANA
(Sambil mencermati semua foto-foto yang rencananya mau dihapus)
“Lumayan”
ERIN
“Eh ntar gue mau cek kerjaan yang tadi gue save di laptop ini ya”
LANA
“Oh ya udah, cek aja”
(Mencabut flashdisc juga tanpa menghapus foto-foto yang katanya mau dihapus)
Dan foto-foto itu pun tetap ada di dalam gadget kecil berkapasitas masing-masing 1 giga itu.
Dasar perempewi.
Subscribe to:
Posts (Atom)